Sarangberita.com, Jakarta, 11 Mei 2025 – Psikolog anak terkenal, Kak Seto Mulyono, memberikan dukungan terhadap gagasan pendidikan berkarakter yang diusung oleh mantan Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi.
Dalam webinar nasional bertajuk “Membangun Generasi Emas melalui Pendidikan Berkarakter” pada Jumat, 9 Mei 2025. Kak Seto menegaskan bahwa pendekatan ini tidak melanggar hak anak. Melainkan justru memperkuat nilai-nilai moral dan budi pekerti.

Baca Juga
Geger! Mahasiswi Ciptakan Meme Presiden Ditangkap, UU ITE Kembali Jadi Sorotan Tajam
Dedi Mulyadi, yang kini menjabat sebagai anggota DPR RI, mengusulkan agar pendidikan berkarakter berbasis budaya lokal dan nilai agama diterapkan di sekolah-sekolah. Ia mencontohkan program “Siswi Sholehah” dan “Siswa Sholeh” yang pernah diterapkan di Purwakarta. Yang mencakup pembiasaan adab, seperti shalat berjamaah dan menghormati guru. Namun, gagasan ini sempat menuai kritik karena dianggap membatasi kebebasan anak dan terlalu normatif.
Menanggapi hal tersebut, Kak Seto menjelaskan bahwa pendidikan berkarakter tidak bertentangan dengan hak anak selama diterapkan dengan pendekatan yang ramah dan tidak memaksa. “Anak-anak perlu diajarkan nilai-nilai luhur sejak dini, tapi dengan cara yang menyenangkan, bukan mengekang. Program Dedi Mulyadi ini sejalan dengan semangat melindungi hak anak untuk tumbuh dengan moral yang baik,” ujarnya.
Baca Juga
Ramai! Sindiran Vaksin TBC Mantan Deputi KSP Bikin Warganet Naik Pitam!
Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) ini juga menambahkan bahwa pendidikan berkarakter berbasis budaya lokal dapat menjadi solusi untuk mengatasi krisis moral di kalangan anak muda. Seperti maraknya bullying dan dekadensi moral. Namun, ia mengingatkan pentingnya melibatkan orang tua dan guru dalam prosesnya agar tidak ada miskomunikasi.
Dedi Mulyadi menyambut baik dukungan ini dan berharap program serupa bisa diterapkan secara nasional. Sementara itu, sejumlah aktivis pendidikan masih mempertanyakan implementasi program ini. Khususnya terkait potensi diskriminasi terhadap anak-anak dari latar belakang agama atau budaya yang berbeda.