Sarangberita.com – militer Israel dilaporkan melanggar gencatan senjata dengan menembak mati dua warga Palestina di kawasan Tal As-Sultan, Rafah, bagian selatan Jalur Gaza. Insiden ini menambah daftar panjang kekerasan yang terjadi meskipun gencatan senjata antara Israel dan Hamas telah disepakati sejak 19 Januari 2025.
Kronologi Insiden Penembakan di Rafah
Kedua korban dilaporkan tewas akibat tembakan dari tank Angkatan Bersenjata Israel (IDF). Menurut saksi mata, warga yang menjadi korban sedang beraktivitas di area tersebut ketika tank Israel menembakkan peluru ke arah mereka. Hingga kini, pihak IDF menyatakan sedang menyelidiki insiden tersebut.
Pelanggaran Gencatan Senjata yang Berulang
Insiden ini bukan pelanggaran pertama sejak gencatan senjata diberlakukan. Beberapa hari sebelumnya, pada 20 Januari 2025, seorang anak Palestina bernama Zakariya Hameed Yahya Barbakh ditembak mati oleh penembak jitu Israel di Rafah. Peristiwa ini juga menyebabkan seorang anak lain terluka ketika mencoba mengevakuasi jenazah Barbakh.
Korban Jiwa Akibat Pelanggaran Gencatan Senjata
Sejak gencatan senjata dimulai, delapan warga Palestina telah tewas dalam berbagai insiden yang melibatkan pasukan Israel. Kekerasan ini menimbulkan kekhawatiran tentang keberlanjutan dan efektivitas perjanjian gencatan senjata.
Isi Perjanjian Gencatan Senjata
Gencatan senjata yang disepakati antara Israel dan Hamas bertujuan untuk menghentikan sementara konflik dan membuka jalan bagi:
- Pertukaran Tawanan: Kedua belah pihak bersepakat untuk menukar tahanan sebagai bagian dari perjanjian ini.
- Bantuan Kemanusiaan: Perjanjian ini memungkinkan masuknya bantuan medis dan kebutuhan pokok ke Jalur Gaza.
- Penghentian Serangan Militer: Kedua pihak diminta menghentikan serangan udara dan darat selama periode gencatan senjata.
Reaksi Internasional
Serangkaian pelanggaran ini mendapat perhatian serius dari komunitas internasional. PBB, Uni Eropa, dan berbagai organisasi kemanusiaan mendesak kedua belah pihak untuk mematuhi komitmen gencatan senjata. Mereka juga menekankan pentingnya melindungi warga sipil dari kekerasan.
Harapan untuk Perdamaian yang Berkelanjutan
Masyarakat internasional berharap bahwa insiden seperti ini tidak akan menghambat upaya perdamaian di wilayah tersebut. Gencatan senjata harus menjadi langkah awal menuju dialog yang lebih konstruktif untuk menyelesaikan konflik yang telah berlangsung puluhan tahun.
Kesimpulan: Perlunya Komitmen Kuat dari Kedua Pihak
Insiden pelanggaran gencatan senjata di Rafah menunjukkan bahwa upaya menuju perdamaian masih menghadapi banyak tantangan. Tanpa komitmen kuat dari kedua belah pihak, situasi ini dapat terus memicu konflik yang merugikan warga sipil. Komunitas internasional memiliki peran penting untuk memastikan bahwa perjanjian ini dihormati demi menciptakan stabilitas dan perdamaian di wilayah tersebut.