Sarangberita.com, 16 April 2025 – Hubungan dagang antara Amerika Serikat dan China kembali memanas menjelang pemilu AS 2025. Mantan Presiden Donald Trump yang kembali mencalonkan diri, menggulirkan wacana tarif impor gila-gilaan hingga 145 persen terhadap produk China.
Namun, China tidak tinggal diam. Negeri Tirai Bambu itu disebut telah menyiapkan “kartu as” yang bisa menjadi serangan balasan mematikan ke ekonomi AS.
Baca Juga
Garam Impor Aman! Industri RI Tetap Jalan Hingga Akhir 2027

Menurut analis ekonomi global, langkah Trump bisa berbalik menjadi bumerang. China merupakan mitra dagang utama AS dan punya kontrol besar terhadap beberapa rantai pasokan penting, seperti baterai kendaraan listrik, semikonduktor, dan logam tanah jarang. Jika memutus atau membatasi akses ke komoditas strategis ini, dampaknya akan langsung dirasakan oleh industri dalam negeri AS.
Selain itu, Beijing diyakini juga bisa memanfaatkan pengaruhnya di pasar obligasi AS. Dengan menjadi salah satu pemegang surat utang AS terbesar, langkah menjual atau menghentikan pembelian bisa menekan dolar dan mengguncang stabilitas ekonomi.
Baca Juga
Mengejutkan! Trump Tak Jadi Kenakan Tarif Gila pada Gadget China
Ekonom dari Shanghai Economic Forum, Li Zhang, mengatakan bahwa “AS sebaiknya berpikir ulang sebelum memulai ‘perang dagang jilid dua’. China hari ini jauh lebih siap dibandingkan beberapa tahun lalu.”
Meski begitu, Gedung Putih belum memberikan tanggapan resmi terhadap potensi kebijakan balasan dari China. Namun, para pelaku pasar mulai menunjukkan kekhawatiran atas potensi ketegangan baru ini.
Perang dagang antara dua ekonomi terbesar dunia tentu akan berdampak global, termasuk pada pasar Asia dan negara berkembang seperti Indonesia. Investor dan pelaku industri kini menunggu langkah selanjutnya dari kedua negara.
Baca Juga: Petugas Pajak ‘One on One’! Bendahara Diedukasi Soal Coretax DJP