Sarangberita.com, 21 Juli 2025 – Serangan militer Israel terhadap warga sipil Palestina yang mencari bantuan kemanusiaan di Jalur Gaza semakin brutal, memperparah krisis kelaparan di wilayah itu.
Badan Pertahanan Sipil Gaza melaporkan, pada Minggu (20/7), sedikitnya 93 orang tewas dan puluhan lainnya luka-luka akibat penembakan di pusat-pusat distribusi bantuan. Sebanyak 80 korban tewas di Gaza utara saat truk bantuan tiba. Sementara sembilan orang tewas di dekat Rafah dan empat lainnya di Khan Younis.

Baca Juga
Konflik Berlanjut di Suriah, Rezim Sharaa Kesulitan Tegakkan Gencatan Senjata
Insiden ini terjadi di tengah krisis kemanusiaan yang kian parah. Warga Gaza seperti Qasem Abu Khater (36) menceritakan keputusasaan saat berdesakan untuk mendapatkan tepung. Namun justru menghadapi tembakan tank dan penembak jitu Israel.
“Mereka menembak seolah kami binatang buruan. Puluhan tewas di depan mata saya,” ujarnya. Program Pangan Dunia (WFP) melaporkan konvoi 25 truk bantuan mereka di Gaza City diserbu warga kelaparan, namun ditembaki, memicu kekacauan.
Baca Juga
Kekayaan Negara RI Melonjak, Aset Tanah Tembus Rp 4.000 Triliun Lebih
Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF), yang didukung Israel dan AS, menuai kritik keras. Organisasi seperti Oxfam dan Save the Children menyebut sistem distribusi GHF militeristik dan memaksa warga melewati zona pertempuran, menjadikan bantuan “perangkap kematian.”
Seorang mantan pekerja GHF kepada BBC mengungkap budaya impunitas. Dengan penjaga menembaki warga tanpa ancaman, termasuk menggunakan senapan mesin dan semprotan merica.
Militer Israel membantah menargetkan warga sipil, mengklaim hanya melepaskan tembakan peringatan. Namun, laporan Haaretz menyebut tentara Israel diperintahkan menembak kerumunan tak bersenjata. PBB mengecam keras, dengan Sekjen Antonio Guterres menyerukan pertanggungjawaban atas pembunuhan warga sipil. Netizen di X ramai mengecam, dengan tagar #GazaUnderAttack trending, menyerukan gencatan senjata dan akses bantuan tanpa hambatan.
Baca Juga : Presiden Prabowo Bertemu Raja Belgia, Disambut Hangat di Istana Laeken