Industri

Harga Nikel Februari 2025: Tren Penurunan dan Dampaknya bagi Industri

49
×

Harga Nikel Februari 2025: Tren Penurunan dan Dampaknya bagi Industri

Share this article
Harga Nikel Februari 2025: Tren Penurunan dan Dampaknya bagi Industri
Harga Nikel Februari 2025: Tren Penurunan dan Dampaknya bagi Industri

Sarangberita.com – Harga nikel global pada Februari 2025 menunjukkan tren penurunan yang signifikan akibat kelebihan pasokan serta melemahnya permintaan dari Tiongkok. Hal ini berdampak langsung pada industri pertambangan dan ekspor nikel Indonesia yang harus menyesuaikan strategi agar tetap kompetitif.

Perkembangan Harga Nikel Februari 2025

Berdasarkan data terbaru:

  • Pada 3 Februari 2025, harga kontrak berjangka nikel mencapai titik terendah dalam empat tahun di US$15.000 per ton sebelum sedikit menguat ke US$15.750 per ton.
  • Di Indonesia, harga bijih nikel dengan kadar 1,2% berkisar antara US$20,5–US$24 per dmt, sementara kadar 1,6% berada di rentang US$44–US$45 per dmt.
  • Tren ini diperkirakan akan bertahan hingga pertengahan tahun, kecuali ada kebijakan baru dari negara-negara produsen utama.

Faktor yang Mempengaruhi Penurunan Harga

Beberapa faktor utama yang menyebabkan harga nikel turun adalah:

  1. Kelebihan Pasokan Global – Produksi nikel yang berlebih, terutama dari Indonesia dan Filipina, membuat harga komoditas ini menurun.
  2. Penurunan Permintaan dari Tiongkok – Sebagai konsumen utama nikel dunia, pelemahan industri baja tahan karat dan baterai listrik di Tiongkok turut memengaruhi harga nikel global.
  3. Fluktuasi Ekonomi Global – Ketidakpastian ekonomi global dan perubahan kebijakan perdagangan turut memberikan dampak pada harga komoditas termasuk nikel.
  4. Perubahan Kebijakan Ekspor – Beberapa negara produsen, termasuk Indonesia, tengah meninjau kebijakan ekspor untuk menyesuaikan dengan kondisi pasar.

Dampak bagi Industri Indonesia

Penurunan harga nikel memberikan dampak besar bagi industri pertambangan di Indonesia. Beberapa langkah yang dilakukan untuk mengatasi situasi ini antara lain:

  • Pengurangan Kuota Produksi – Pemerintah Indonesia melalui Kementerian ESDM berencana mengurangi produksi bijih nikel menjadi 150 juta ton pada 2025, turun dari 272 juta ton pada 2024.
  • Diversifikasi Pasar – Pelaku industri berupaya mencari pasar alternatif untuk menjaga daya saing ekspor.
  • Meningkatkan Hilirisasi – Pengolahan dan pemurnian nikel dalam negeri terus didorong guna meningkatkan nilai tambah produk nikel Indonesia.
  • Investasi dalam Teknologi – Penggunaan teknologi baru dalam pengolahan nikel dapat membantu meningkatkan efisiensi dan mengurangi dampak dari penurunan harga.

Prospek Harga Nikel ke Depan

Meskipun saat ini harga nikel mengalami penurunan, proyeksi jangka panjang masih memberikan harapan. Bank Dunia memperkirakan harga nikel akan meningkat sebesar 3% pada 2025 dan 6% pada 2026. Jika strategi pemerintah dan industri berjalan efektif, Indonesia tetap dapat meraih keuntungan dari sektor ini di masa depan.

Dengan adanya perubahan kebijakan serta perbaikan di sektor industri, diharapkan harga nikel bisa kembali stabil dan memberikan manfaat lebih besar bagi perekonomian nasional.