Sarangberita.com, Jakarta, 22 Juni 2025 – Konflik Iran-Israel memanas sejak Operasi Rising Lion Israel menyerang fasilitas nuklir Iran di Natanz dan Isfahan pada 13 Juni 2025. Iran membalas lewat True Promise III, meluncurkan ratusan rudal dan drone ke Tel Aviv dan Haifa.
Keterlibatan Amerika Serikat (AS), yang membantu mencegat rudal Iran dan diduga mendukung serangan ke fasilitas Fordow, memicu kekhawatiran global. Berikut empat dampak besar yang mungkin terjadi, berdasarkan laporan Sarangberita.com.
Baca Juga
Drone Shahed-136 Terbang Diam-diam dan Tak Bisa Dicegat, Pusat Komando Militer Israel Hancur?
Pertama, dukungan AS dapat memicu perang regional. Iran mengancam menyerang pangkalan AS di Irak atau Suriah, sementara Hizbullah dan Houthi bisa menyerang sekutu AS seperti Yordania. Dengan demikian, konflik bilateral berisiko melibatkan banyak negara.
Kedua, penutupan Selat Hormuz oleh Iran, yang menyalurkan 20% minyak dunia, dapat melambungkan harga minyak. Nailul Huda dari Celios memprediksi inflasi global, termasuk di Indonesia, akibat subsidi BBM membengkak. Oleh karena itu, resesi dunia mengintai.
Baca Juga
Aksi Seru! Denwalsus Kemhan Pukau Pengunjung di Indo Defence Expo 2025
Ketiga, serangan ke fasilitas nuklir Iran seperti Fordow bisa memicu perlombaan senjata nuklir. Iran, yang telah memperkaya uranium hingga 90%, mungkin mempercepat programnya jika diserang. Selanjutnya, ketegangan dengan Pakistan, kekuatan nuklir Muslim, dapat memperburuk situasi.
Keempat, keterlibatan AS memicu protes domestik dari pendukung MAGA yang menolak perang. Anggota Kongres AOC menyebut serangan tanpa izin Kongres sebagai alasan pemakzulan Trump. Alhasil, tekanan domestik bisa melemahkan posisi AS.
Indonesia mengutuk serangan Israel dan menyiapkan evakuasi 386 WNI di Iran. PBB menyerukan de-eskalasi, namun ketegangan terus meningkat. Jadi, akankah perang besar terjadi? Pantau Sarangberita.com untuk update!
Baca Juga: Indonesia Tegaskan Dukung Perdamaian di Tengah Konflik Iran-Israel
