Sarangberita.com, 12 Juni 2025 – Gubernur California Gavin Newsom melancarkan kritik pedas terhadap Presiden AS Donald Trump, menyebutnya sebagai “diktator, bukan presiden,” menyusul pengerahan 2.000 pasukan Garda Nasional ke Los Angeles pada 8 Juni 2025 tanpa persetujuan negara bagian.
Langkah ini dipicu protes warga atas operasi deportasi imigran oleh Badan Imigrasi dan Bea Cukai (ICE), yang menargetkan 3.000 migran per hari.

Baca Juga
Kemensos Finalisasi Sekolah Rakyat, Siap Dibuka Juli 2025!
Ketegangan meningkat setelah aksi protes di Los Angeles berujung kerusuhan, dengan demonstran melempar proyektil dan membakar mobil tanpa pengemudi. Trump memerintahkan pengerahan Garda Nasional untuk melindungi gedung federal dan agen ICE, mengutip Title 10 of the U.S. Code.
Namun, Newsom menilai tindakan ini melanggar kedaulatan California dan menggugat pemerintah federal, menyebutnya “krisis buatan” untuk kepentingan politik. Ia juga mengkritik kondisi pasukan yang tidur di lantai gedung tanpa logistik memadai.
Baca Juga
Perseteruan Musk-Trump Ancam Program NASA dan Pentagon
Dalam pidato televisi pada 10 Juni, Newsom menuding Trump mendorong AS ke arah otoritarianisme. “Ini langkah menuju jurang otoritarianisme. Trump sengaja menyulut api,” katanya, memperingatkan ancaman terhadap demokrasi. Ia juga meminta penarikan 700 Marinir dari Camp Pendleton yang dikerahkan pada 9 Juni. Wali Kota Los Angeles Karen Bass turut mengecam, menyebut pengerahan pasukan memperburuk ketegangan.
Gedung Putih membantah tuduhan Newsom, menyebut pengerahan pasukan diperlukan untuk mengatasi “kekacauan dan pelanggaran hukum.” Trump mendesak polisi bertindak tegas, menulis di media sosial, “Jangan biarkan penjahat lolos. Jadikan Amerika hebat lagi!” Menteri Pertahanan Pete Hegseth memperingatkan pasukan aktif siap dikerahkan jika kekerasan berlanjut.
Baca Juga: Perseteruan Trump-Musk Menguak Kuasa Oligarki di Amerika Serikat