Sarangberita.com, 8 Juni 2025 – Konflik terbuka antara Presiden AS Donald Trump dan CEO Tesla-SpaceX Elon Musk telah memunculkan sorotan tajam terhadap dinamika kuasa oligarki di Amerika Serikat.
Perseteruan yang awalnya dipicu oleh perbedaan pandangan soal RUU anggaran berujung pada ancaman Trump untuk memutus kontrak pemerintah senilai US$22 miliar dengan perusahaan Musk, termasuk SpaceX, yang vital bagi NASA dan Pentagon.
Baca Juga
Perseteruan Musk-Trump Ancam Program NASA dan Pentagon
Musk, yang mundur dari posisinya sebagai kepala Departemen Efisiensi Pemerintah (DOGE) pada 29 Mei 2025. Mengkritik RUU pajak dan belanja Trump sebagai pemicu defisit anggaran triliunan dolar.
Ia bahkan menyinggung keterlibatan Trump dalam dokumen Jeffrey Epstein, memperkeruh hubungan mereka yang semula erat. Sebagai balasan, Trump menyebut hubungannya dengan Musk telah berakhir dan mengancam menghentikan subsidi untuk Tesla dan SpaceX.
Baca Juga
Serangan Pearl Harbor Modern Permalukan Kremlin, Rusia Bersumpah Akan Balas Dendam!
Konflik ini menyingkap pengaruh oligarki di AS, di mana individu seperti Musk, dengan kekayaan dan kendali atas teknologi strategis seperti Starlink dan kapsul Dragon. Dapat menantang kebijakan pemerintah. Analis politik Universitas Indonesia, Hikmahanto Juwana, menilai sikap otoriter Trump memicu perpecahan, sementara Musk memanfaatkan posisinya sebagai orang terkaya dunia untuk memengaruhi opini publik via X.
Dampaknya terasa di pasar keuangan, dengan saham Tesla anjlok lebih dari US$100 miliar. Program NASA, yang bergantung pada SpaceX untuk misi ISS, dan kontrak Pentagon untuk Starlink, kini terancam. Netizen di X menyebut perseteruan ini sebagai “drama orang kaya melawan penguasa,” menggambarkan betapa kuasa ekonomi dan politik saling bertabrakan.
Gedung Putih menggelar pembicaraan dengan Musk pada 6 Juni, namun belum ada penyelesaian. Perseteruan ini mengungkap rapuhnya aliansi politik-ekonomi di AS, memicu debat soal dominasi oligarki dalam pengambilan kebijakan.
