Sarangberita.com, 5 Juni 2025 – Serangan ini, yang disebut sebagai “Pearl Harbor Modern” oleh beberapa komentator di X. Menghancurkan sekitar 34% pesawat pembom strategis nuklir Rusia, termasuk Tupolev Tu-95 dan Tu-22M3, dengan kerugian mencapai US$7 miliar (Rp114 triliun).
Serangan ini dianggap memalukan Kremlin karena menembus pertahanan udara Rusia, bahkan hingga Siberia.

Baca Juga
Trump Incar Mahasiswa China, Visa di AS Terancam Dicabut!
Mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev menyatakan pembalasan “tak terelakkan”, meski delegasi Rusia tetap menghadiri perundingan damai di Istanbul pada 2 Juni.
Sebagai respons awal, Rusia menghancurkan fasilitas peluncuran drone Ukraina di Kharkiv menggunakan rudal balistik Iskander-M dan bom udara FAB-3000, meratakan pos komando di Sumy. Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy memuji operasi ini sebagai “prestasi gemilang”, menegaskan keberhasilan serangan jarak jauh terbesar sejak perang dimulai.
Baca Juga
RI Mulai Produksi Truk & Bus Listrik, Pabrik Pertama Resmi Jalan!
Keheningan Presiden Vladimir Putin dan Presiden AS Donald Trump atas serangan ini memicu spekulasi global. Analis seperti Vuk Vuksanovic dari LSE IDEAS menyebut serangan ini sebagai keberhasilan taktis terbesar Ukraina sejak 2022, namun memperingatkan bahwa Rusia kini minim insentif untuk menyetujui gencatan senjata.
Kekhawatiran akan eskalasi menuju konflik global, bahkan Perang Dunia III, meningkat, terutama karena serangan ini menargetkan aset nuklir Rusia. Dunia kini menanti langkah Rusia selanjutnya, apakah akan memperbesar konflik atau membuka ruang diplomasi.
Baca Juga: Donald Trump Menggila Blokir China, Xi Jinping Ngamuk!