Sarangberita.com, Gaza, 19 Mei 2025 – Duka mendalam menyelimuti dunia! Serangan Israel di Jalur Gaza sejak Oktober 2023 telah menewaskan lebih dari 300 staf Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA), menurut pernyataan resmi UNRWA di X pada 18 Mei 2025.
Dengan demikian, ini menjadi angka kematian staf PBB tertinggi dalam sejarah, memicu kecaman global. Oleh karena itu, berikut detail tragis, respons internasional, dan dampak kemanusiaan yang kian memprihatinkan.

Baca Juga
Perang Segera Usai? Zelensky Siap Bertemu Empat Mata dengan Putin!
Pertama-tama, Komisaris Jenderal UNRWA Philippe Lazzarini mengungkapkan mayoritas staf tewas bersama keluarga mereka akibat serangan udara Israel. Sebagai contoh, pada 21 Maret 2025, lima staf UNRWA tewas di Deir al-Balah. Termasuk satu pekerja asing PBB, seperti dilaporkan Sarangberita.com.
Selanjutnya, serangan kerap targetkan fasilitas UNRWA, seperti sekolah dan tempat penampungan, yang jadi perlindungan warga. Tak hanya itu, laporan UNRWA pada Januari 2025 catat 745 pengungsi tewas di tempat penampungan mereka, dengan 70% sekolah UNRWA hancur atau rusak parah.
Baca Juga
Intip Biaya Masuk SMA Unggulan Garuda Taruna Nusantara 2025!
Sementara itu, Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan lebih dari 53.000 warga Palestina tewas sejak 7 Oktober 2023, mayoritas perempuan dan anak-anak, dengan 120.000 luka-luka. Sebagai akibatnya, blokade Israel hambat bantuan kemanusiaan.
Berbicara soal respons, PBB dan tujuh negara (Kanada, Australia, Jepang, dll.) kutuk larangan Israel terhadap UNRWA pada Oktober 2024, yang anggap stafnya terlibat serangan Hamas 7 Oktober. Di sisi lain, investigasi PBB hanya temukan sembilan staf terkait, yang langsung dipecat.
Sejak konflik memanas, 1,9 juta warga Gaza (90% populasi) jadi pengungsi, banyak mengungsi hingga 10 kali. Oleh sebab itu, malnutrisi akut melonjak 10 kali lipat, dengan 96% anak dan ibu hamil kekurangan gizi, kata UNICEF via UNRWA. Akhirnya, krisis ini dinilai sebagai “genosida” oleh beberapa pihak, meski Israel bantah.